Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
|
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
(PLTN)
Prinsip kerja PLTN, pada dasarnya
sama dengan pembangkit listrik konvensional. Yaitu dengan cara, air diuapkan
di dalam suatu ketel melalui pembakaran, kemudian uap yang dihasilkan
dialirkan ke turbin yang akan bergerak apabila ada tekanan uap. Perputaran
turbin digunakan untuk menggerakkan generator, sehingga menghasilkan tenaga
listrik. Perbedaannya pada pembangkit listrik konvensional bahan bakar untuk
menghasilkan panas menggunakan bahan bakar fosil seperti, batubara, minyak
dan gas bumi. Dampak dari pembakaran bahan bakar fosil ini, akan mengeluarkan
karbon dioksida (CO2), sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen oksida (Nox), serta
debu yang mengandung logam berat. Sisa pembakaran tersebut akan ter-emisikan
ke udara dan berpotensi mencemari lingkungan hidup, yang bisa menimbulkan
hujan asam dan peningkatan suhu global. Sedangkan pada PLTN panas yang
digunakan untuk menghasilkan uap yang sama, dihasilkan dari reaksi pembelahan
inti bahan fisil (uranium) dalam reaktor nuklir. Sebagai pemindah panas biasa
digunakan air yang di sirkulasikan secara terus menerus selama PLTN sedang beroperasi.
Proses pembangkit yang menggunakan bahan bakar uranium ini tidak melepaskan
partikel seperti CO2, SO2, atau NOx, juga tidak mengeluarkan asap atau debu
yang mengandung logam berat yang dilepas ke lingkungan. Oleh karena itu PLTN
merupakan pembangkit listrik yang ramah lingkungan. Limbah radioaktif yang
dihasilkan dari pengoperasian PLTN, adalah berupa elemen bakar bekas dalam
bentuk padat. Elemen bakar bekas ini untuk sementara bisa disimpan di lokasi
PLTN, sebelum dilakukan penyimpanan secara lestari.
Keselamatan terpasang : Keselamatan terpasang dirancang
berdasarkan sifat-sifat alamiah air dan uranium. Bila suhu dalam teras
reaktor naik, jumlah neutron yang tidak tertangkap maupun yang tidak
mengalami proses perlambatan akan bertambah, sehingga reaksi pembelahan akan berkurang.
Akibatnya panas yang dihasilkan juga berkurang. Sifat ini akan menjamin bahwa
teras reaktor tidak akan rusak walaupun sistem kendali gagal beroperasi.
Penghalang ganda : PLTN mempunyai sistem pengamanan
yang ketat dan berlapis-lapis, sehingga kemungkinan terjadi kecelakaan maupun
akibat yang ditimbulkan sangat kecil. Sebagai contoh, zat radioaktif yang
dihasilkan selama reaksi pembelahan inti uranium sebagian besar (> 99 %)
akan tetap tersimpan di dalam matriks bahan bakar, yang berfungsi sebagai
penghalang pertama. Selama operasi maupun jika terjadi kecelakaan, selongsong
bahan bakar, akan berperan sebagai penghalang kedua untuk mencegah
terlepasnya zat radioaktif tersebut keluar kelongsong. Kalau zat radioaktif
masih dapat keluar dari dalam kelongsong, masih ada penghalang ketiga yaitu
sistem pendingin. Lepas dari sistim pendingin, masih ada penghalang keempat
berupa bejana tekan terbuat dari baja dengan tebal + 20 cm. Penghalang kelima
adalah perisai beton dengan tebal 1,5 - 2 m. Bila saja zat radioaktif itu
masih ada yang lolos dari perisai beton, masih ada penghalang keenam, yaitu
sistim pengungkung yang terdiri dari pelat baja setebal + 7 cm dan beton
setebal 1,5 - 2 m yang kedap udara.
Pertahanan berlapis : Disain keselamatan suatu PLTN
menganut falsafah pertahanan berlapis (defence in depth). Pertahanan berlapis
ini meliputi : Lapisan keselamatan pertama , PLTN dirancang, dibangun
dan dioperasikan sesuai dengan ketentuan yang sangat ketat, mutu yang tinggi
dan teknologi mutakhir. Lapis keselamatan kedua PLTN dilengkapi dengan
sistim pengamanan/keselamatan yang digunakan untuk mencegah dan mengatasi
akibat-akibat dari kecelakaan yang mungkin dapat terjadi selama umur PLTN. Keselamatan
ketiga , PLTN dilengkapi dengan sistim pengamanan tambahan, yang dapat
diandalkan untuk dapat mengatasi kecelakaan hipotesis, atau kecelakaan
terparah yang diperkirakan dapat terjadi pada suatu PLTN. Namun kecelakaan
tersebut kemungkinannya tidak akan pernah terjadi selama umur PLTN.
Limbah Radioaktif : Selama operasi PLTN, pencemaran
yang disebabkan oleh zat radioaktif terhadap lingkungan dapat dikatakan tidak
ada. Air laut atau sungai yang dipergunakan untuk membawa panas dari
kondensor sama sekali tidak mengandung zat radioaktif, karena tidak bercampur
dengan air pendingin yang bersirkulasi di dalam reactor. Sedangkan gas
radioaktif yang dapat keluar dari sistem reaktor tetap terkungkung di dalam
sistim pengungkung PLTN dan sudah melalui sistim ventilasi dengan filter yang
berlapis-lapis. Gas yang dilepas melalui cerobong aktivitasnya sangat kecil
(sekitar 2 milicurie/tahun) sehingga tidak menimbulkan dampak yang buruk terhadap
lingkungan.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar